Salam
kenal ayah dan bunda Minta izin untuk berbagi pengalaman saya pagi ini... Sederhana,
tapi mudah2an bisa sedikit membangkitkan semangat ayah bunda dalam membangun
interaksi yang positif dengan anak.
Pagi
ini seperti biasa saya bersiap-siap mengantar Anak saya Jamie (3 tahun) ke
sekolah. Alhamdulillah Jamie sudah bisa pakai baju sendiri, tapi kali ini,
bajunya dipakai terbalik (gambarnya Mickey memeluk dari belakang, dia pikir,
Mickeynya harus di depan, jadilah dipakai terbalik)
Saya
bilang, "Jamie, bajunya terbalik, Nak. Mickeynya harusnya di belakang, yuk
mama bantu benerin" padahal menurut saya kata-kata saya sudah halus, tapi
Jamie tetap bersikeras bahwa dia benar pakai bajunya dan tidak mau dibetulkan.
Berkali-kali membujuk tapi tetap tidak berhasil. Ya sudah, saya pikir, daripada
dia marah, saya ngalah.
Sampai
di sekolah, kami disambut gurunya Jamie dengan riang, "waaahhh subhanallaah...cantiknya
Jamie...sepertinya hari ini ada yang pakai baju sendiri, ya???" Jamie
senyum lebar. "Itu tanda-tanda anak
mandiri, Alhamdulillah..."Senyumnya tambah lebar. "Gambar apa itu,
Jem?" "Mickey, bu" "Cantik, ya? Warnanya pink. Tapi
sepertinya akan lebih cantik jika Mickeynya dibelakang, jadi seperti memeluk
Jamie. Boleh kita putar?" "Boleh" Jawab Jamie langsung, pakai
senyum!!!
Rahang
saya langsung jatuh saking herannya...tadi saya sampai berkeringat
membujuk+menahan sabar...dimana salah saya sampai Jamie tidak mau menuruti
saya? Karena penasaran, saya cerita ke gurunya Jamie kejadian sebelumnya, dan saya
tanya, salah saya dimana??
Begini
kata gurunya..."Ibu tidak salah. Hanya saja, anak akan jadi lebih positif
jika kita fokus pada keberhasilannya dulu, baru kita membenarkan
kesalahannya"
Stlh
bicara panjang lebar, sampailah pengertian itu pada saya. Bahwa kesalahan yang
sering terjadi adalah kita terlalu fokus pada kesalahan anak, sehingga kalimat
pertama yang keluar dari kita negatif. Saat itulah anak langsung membentuk
benteng pertahanan sehingga kita Sulit untuk memberi masukan yang positif.
Di
samping itu, hal ini bisa fatal akibatnya karena bisa meruntuhkan kepercayaan
diri sang anak. Karena menurut dia, memakai baju sendiri adalah sebuah
keberhasilan. Hidup mereka memang baru segitu, beda halnya dengan orang dewasa
yang dianggap berhasil jika sukses dalam karier, misalnya.
Anak-anak
tidak. Bagi mereka, bisa memakai baju sndri = keberhasilan. Bisa menuang air ke
gelas sendiri = keberhasilan. Bisa makan sendiri = keberhasilan besar!!!
Jadi,
Cobalah u/memandang keberhasilan dari level mereka. Jgn lupa, baru berapa tahun
mereka hidup di dunia ini??? Jika kita terus fokus pada hal yang negatif
(kesalahan anak, seperti baju terbalik, air yang tumpah saat dia tuang, makan
yang berantakan, dll) apa menurut ayah bunda, anak kita tidak sedih jika
usahanya tidak dihargai?
U/mengkoreksi
anak, juga sangat fatal akibatnya jika kita langsung serobot membetulkan,
seperti misalnya, "Nak itu belum bersih, sini mama bersihin" Bedakan
dengan : "Wah...anak mama bisa membersihkan sendiri...pintarnya...eh
kayaknya masih ada sisa kotoran, mau bersihkan sendiri lagi/perlu bantuan
mama?" (tawarkan, jangan langgar privasinya) butuh sedikit ekstra waktu,
ekstra sabar, tapi insyaAllah efeknya luar biasa positif jika selalu dilakukan.
Inilah investasi sebenarnya.
Fokus
pada pencapaiannya dulu, baru benarkan kesalahannya dan tawarkan u/membantu,
anak akan lbh senang+lebih cepat mandiri ketimbang kita selalu mengerjakan apa
yg sebenarnya bisa mereka kerjakan sendiri, asalkan tidak berbahaya. Pujilah
dengan setulus mungkin, ekspresi yang penuh dan semangat, karena semangat itu
menular, dan anak2 paling pintar membaca hati org lain. Mereka tau mana yg
tulus dan tidak, Maka matapun harus bicara. Pujian dengan ekspresi seperti
terkejut campur senang, akan mengukir senyum lebar dan kepercayaan diri anak
akan meningkat.
Yang
lalu biarlah berlalu, jika kita pernah melakukan kesalahan, tidak apa-apa, saya
selalu mencoba u/mema'afkan diri saya sendiri yang sering tidak sabar dalam
menghadapi anak, tapi saya punya keinginan utk berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar