Sabtu, 10 Oktober 2015

RENUNGAN PAGI

Salam kenal ayah dan bunda Minta izin untuk berbagi pengalaman saya pagi ini... Sederhana, tapi mudah2an bisa sedikit membangkitkan semangat ayah bunda dalam membangun interaksi yang positif dengan anak.
Pagi ini seperti biasa saya bersiap-siap mengantar Anak saya Jamie (3 tahun) ke sekolah. Alhamdulillah Jamie sudah bisa pakai baju sendiri, tapi kali ini, bajunya dipakai terbalik (gambarnya Mickey memeluk dari belakang, dia pikir, Mickeynya harus di depan, jadilah dipakai terbalik)

Saya bilang, "Jamie, bajunya terbalik, Nak. Mickeynya harusnya di belakang, yuk mama bantu benerin" padahal menurut saya kata-kata saya sudah halus, tapi Jamie tetap bersikeras bahwa dia benar pakai bajunya dan tidak mau dibetulkan. Berkali-kali membujuk tapi tetap tidak berhasil. Ya sudah, saya pikir, daripada dia marah, saya ngalah.

Sampai di sekolah, kami disambut gurunya Jamie dengan riang,  "waaahhh subhanallaah...cantiknya Jamie...sepertinya hari ini ada yang pakai baju sendiri, ya???" Jamie senyum lebar.  "Itu tanda-tanda anak mandiri, Alhamdulillah..."Senyumnya tambah lebar. "Gambar apa itu, Jem?" "Mickey, bu" "Cantik, ya? Warnanya pink. Tapi sepertinya akan lebih cantik jika Mickeynya dibelakang, jadi seperti memeluk Jamie. Boleh kita putar?" "Boleh" Jawab Jamie langsung, pakai senyum!!!

Rahang saya langsung jatuh saking herannya...tadi saya sampai berkeringat membujuk+menahan sabar...dimana salah saya sampai Jamie tidak mau menuruti saya? Karena penasaran, saya cerita ke gurunya Jamie kejadian sebelumnya, dan saya tanya, salah saya dimana??
Begini kata gurunya..."Ibu tidak salah. Hanya saja, anak akan jadi lebih positif jika kita fokus pada keberhasilannya dulu, baru kita membenarkan kesalahannya"

Stlh bicara panjang lebar, sampailah pengertian itu pada saya. Bahwa kesalahan yang sering terjadi adalah kita terlalu fokus pada kesalahan anak, sehingga kalimat pertama yang keluar dari kita negatif. Saat itulah anak langsung membentuk benteng pertahanan sehingga kita Sulit untuk memberi masukan yang positif.
Di samping itu, hal ini bisa fatal akibatnya karena bisa meruntuhkan kepercayaan diri sang anak. Karena menurut dia, memakai baju sendiri adalah sebuah keberhasilan. Hidup mereka memang baru segitu, beda halnya dengan orang dewasa yang dianggap berhasil jika sukses dalam karier, misalnya.
Anak-anak tidak. Bagi mereka, bisa memakai baju sndri = keberhasilan. Bisa menuang air ke gelas sendiri = keberhasilan. Bisa makan sendiri = keberhasilan besar!!!
Jadi, Cobalah u/memandang keberhasilan dari level mereka. Jgn lupa, baru berapa tahun mereka hidup di dunia ini??? Jika kita terus fokus pada hal yang negatif (kesalahan anak, seperti baju terbalik, air yang tumpah saat dia tuang, makan yang berantakan, dll) apa menurut ayah bunda, anak kita tidak sedih jika usahanya tidak dihargai?
U/mengkoreksi anak, juga sangat fatal akibatnya jika kita langsung serobot membetulkan, seperti misalnya, "Nak itu belum bersih, sini mama bersihin" Bedakan dengan : "Wah...anak mama bisa membersihkan sendiri...pintarnya...eh kayaknya masih ada sisa kotoran, mau bersihkan sendiri lagi/perlu bantuan mama?" (tawarkan, jangan langgar privasinya) butuh sedikit ekstra waktu, ekstra sabar, tapi insyaAllah efeknya luar biasa positif jika selalu dilakukan. Inilah investasi sebenarnya.

Fokus pada pencapaiannya dulu, baru benarkan kesalahannya dan tawarkan u/membantu, anak akan lbh senang+lebih cepat mandiri ketimbang kita selalu mengerjakan apa yg sebenarnya bisa mereka kerjakan sendiri, asalkan tidak berbahaya. Pujilah dengan setulus mungkin, ekspresi yang penuh dan semangat, karena semangat itu menular, dan anak2 paling pintar membaca hati org lain. Mereka tau mana yg tulus dan tidak, Maka matapun harus bicara. Pujian dengan ekspresi seperti terkejut campur senang, akan mengukir senyum lebar dan kepercayaan diri anak akan meningkat.

Yang lalu biarlah berlalu, jika kita pernah melakukan kesalahan, tidak apa-apa, saya selalu mencoba u/mema'afkan diri saya sendiri yang sering tidak sabar dalam menghadapi anak, tapi saya punya keinginan utk berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar