Minggu, 05 Juni 2016

BAYARAN YANG SANGAT MAHAL

Pada saat itu saya berada di Indonesia dimana sehari-hari bergaul dan bekecimpung dalam Lingkaran Satu para pengusaha maupun para penguasa di Indonesia. Saya sering diundang berkujung ke rumah pribadi Om Willem ataupun Om Liem. Begitu juga ketika Om Liem merayakan HUT yang ke 90 saya turut diundang ke Singapore. Disamping itu juga saya sering main tenis dengan bapak Moerdiono. Ataupun diundang dinner oleh bpk Sudwikatmono adiknya ibu Tien. Saya juga dekat dengan Kapolri Anton Soejarwo sehingga pernah diundang untuk ceramah dihadapan para perwira dan para petinggi kepolisian pada saat itu. Pak Soedomo adalah sohib yang paling dekat dengan saya.

Beliau itu seperti juga saudara tua saya. Saya juga pernah diundang untuk turut mendampingi Bpk. Benny Moerdani ke Papua. Pada saat itu juga media sering sekali memberitakan tetang kiprah saya selama bertahun-tahun di media. Sehingga akhirnya mereka menobatkan sebagai Raja Komputer Indonesia. Namun ini semuanya harus saya bayar dengan bayaran yang sangat mahal sekali. Dimana rumah tangga saya hancur berantakan. Satu gelar kosong yang harus dibayar dengan mahal.

Saya memiliki beberapa rumah di Jakarta. Namun sayangnya; saya tidak memiliki tempat tinggal, oleh sebab itulah juga saya lebih sering bermalam di Penthouse Hilton ataupun Borobudur Hotel. Tidak sebulan sekali saya makan ataupun tidur di rumah, karena selalu sibuk makan dengan para mitra usaha maupun para pejabat di luar rumah.

Aneh bin nyata! Saya bersedia bangun pagi hanya untuk bisa breakfast bersama Om Liem. Saya bersedia begadang sampai pagi main domino dengan pak Domo. Tapi tidak pernah punya waktu untuk sarapan pagi dengan anak ataupun istri dirumah.

Saya mendampingi pejabat bukan sekedar ke Amerika atau Jepang saja bahkan sampai ke Rio de Janeiro. Dilain pihak saya tidak ada waktu untuk berlibur weekend sejenak saja ke Bali bersama keluarga. Semakin naik usaha saya dan semakin saya banyak dikenal oleh masyarakat saya semakin jauh pula dari keluarga. Apakah anak istri saya nilainya jauh lebih rendah dari para pejabat tinggi ataupun mitra usaha saya? Kesuksesan saya dibayar oleh air mata anak istri saya di rumah.

Akhirnya saya baru sadar bahwa kehidupan saya pada saat itu hanya sekedar topeng atau permainan sandiwara saja. Bukan untuk diri saya ataupun keluarga saya, melainkan untuk menyenangkan mitra bisnis maupun para pejabat tinggi pada saat itu. Akibat dari ketamakan harta, popularitas maupun jabatan akhirnya keluarga saya hancur berantakan. Hal inilah yang paling menyedihkan selama perjalanan hidup saya.

Apabila saya boleh memilih saya lebih baik menjadi si Tompel (nama kecil saya) daripada jadi Jusuf Randy. Ketika saya masih kecil saya  bercita-cita ingin jadi pelukis komik, bahkan untuk itu saya pernah belajar melukis kepada John Lo dan juga dari R.A. Kosasih. Oleh sebab itu saya merasa sangat bahagia sekali apabila mendapat hadiah pensil berwarna cap burung dari perusahaan Faber Castel. Sayang cita-cita ini tidak pernah terwujudkan.

Selama masa hidup saya yang hampir 75 tahun ini, masa paling bahagia ialah ketika saya jadi JONGOS Gereja sebagai Koster. Saya lengser ke prabon jadi jongos gereja pada tahun 1994 dan bekerja disana selama empat tahun. Di gereja Altenberger Dom di satu lembah gunung yang sepi dan jauh dari keramaian kota. Hal ini saya lakukan ketika saya berusia 52 tahun. Saat itu saya mengawali hidup baru dan pekerjaan baru sebagai Jongos. Disitu saya benar-benar merasa senang sisa hidup dengan tenang sebagai Mr. Nobody yang hanya dikenal oleh Tuhan seorang saja.

Oleh sebab itulah bagi saya pribadi singkatan dari JR itu adalahsingkatan dari Jusuf RIP. Yang masih ada dan hidup sekarang ini hanya seorang kakek gaek yang sudah pikun ialah Mang Ucup. Tidak bisa dipungkiri bahwa sering kali kita mengabaikan sanak keluarga demi usaha ataupun pekerjaan kita, bahkan kesehatan sendiri pun diabaikan.

Namun cobalah tanya apabila anda sakit; apakah mitra bisnis ataupun Boss Anda anda mau mendampingi anda? Boro-boro mendampingi berkujungpun ogah, karena ora ono waktu! Pada saat kita sakit ataupun pada saat kita jatuh hanya anak-anak mapun pasangan hidup kita saja yang akan tetap setia mendampingi kita! Hal inilah yang saya dapatkan dari pengalaman hidup saya selama ini. Untuk renungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar