Pada saat itu saya berada di
Indonesia dimana sehari-hari bergaul dan bekecimpung dalam Lingkaran Satu para
pengusaha maupun para penguasa di Indonesia. Saya sering diundang berkujung ke
rumah pribadi Om Willem ataupun Om Liem. Begitu juga ketika Om Liem merayakan
HUT yang ke 90 saya turut diundang ke Singapore. Disamping itu juga saya sering
main tenis dengan bapak Moerdiono. Ataupun diundang dinner oleh bpk Sudwikatmono
adiknya ibu Tien. Saya juga dekat dengan Kapolri Anton Soejarwo sehingga pernah
diundang untuk ceramah dihadapan para perwira dan para petinggi kepolisian pada
saat itu. Pak Soedomo adalah sohib yang paling dekat dengan saya.
Beliau itu seperti juga saudara
tua saya. Saya juga pernah diundang untuk turut mendampingi Bpk. Benny Moerdani
ke Papua. Pada saat itu juga media sering sekali memberitakan tetang kiprah
saya selama bertahun-tahun di media. Sehingga akhirnya mereka menobatkan sebagai
Raja Komputer Indonesia. Namun ini semuanya harus saya bayar dengan bayaran
yang sangat mahal sekali. Dimana rumah tangga saya hancur berantakan. Satu
gelar kosong yang harus dibayar dengan mahal.
Saya memiliki beberapa rumah di
Jakarta. Namun sayangnya; saya tidak memiliki tempat tinggal, oleh sebab itulah
juga saya lebih sering bermalam di Penthouse Hilton ataupun Borobudur Hotel.
Tidak sebulan sekali saya makan ataupun tidur di rumah, karena selalu sibuk
makan dengan para mitra usaha maupun para pejabat di luar rumah.
Aneh bin nyata! Saya bersedia
bangun pagi hanya untuk bisa breakfast bersama Om Liem. Saya bersedia begadang
sampai pagi main domino dengan pak Domo. Tapi tidak pernah punya waktu untuk
sarapan pagi dengan anak ataupun istri dirumah.
Saya mendampingi pejabat bukan
sekedar ke Amerika atau Jepang saja bahkan sampai ke Rio de Janeiro. Dilain pihak
saya tidak ada waktu untuk berlibur weekend sejenak saja ke Bali bersama
keluarga. Semakin naik usaha saya dan semakin saya banyak dikenal oleh
masyarakat saya semakin jauh pula dari keluarga. Apakah anak istri saya
nilainya jauh lebih rendah dari para pejabat tinggi ataupun mitra usaha saya? Kesuksesan
saya dibayar oleh air mata anak istri saya di rumah.
Akhirnya saya baru sadar bahwa
kehidupan saya pada saat itu hanya sekedar topeng atau permainan sandiwara
saja. Bukan untuk diri saya ataupun keluarga saya, melainkan untuk menyenangkan
mitra bisnis maupun para pejabat tinggi pada saat itu. Akibat dari ketamakan
harta, popularitas maupun jabatan akhirnya keluarga saya hancur berantakan. Hal
inilah yang paling menyedihkan selama perjalanan hidup saya.
Apabila saya boleh memilih saya
lebih baik menjadi si Tompel (nama kecil saya) daripada jadi Jusuf Randy.
Ketika saya masih kecil saya bercita-cita
ingin jadi pelukis komik, bahkan untuk itu saya pernah belajar melukis kepada
John Lo dan juga dari R.A. Kosasih. Oleh sebab itu saya merasa sangat bahagia
sekali apabila mendapat hadiah pensil berwarna cap burung dari perusahaan Faber
Castel. Sayang cita-cita ini tidak pernah terwujudkan.
Selama masa hidup saya yang
hampir 75 tahun ini, masa paling bahagia ialah ketika saya jadi JONGOS Gereja
sebagai Koster. Saya lengser ke prabon jadi jongos gereja pada tahun 1994 dan
bekerja disana selama empat tahun. Di gereja Altenberger Dom di satu lembah gunung
yang sepi dan jauh dari keramaian kota. Hal ini saya lakukan ketika saya
berusia 52 tahun. Saat itu saya mengawali hidup baru dan pekerjaan baru sebagai
Jongos. Disitu saya benar-benar merasa senang sisa hidup dengan tenang sebagai
Mr. Nobody yang hanya dikenal oleh Tuhan seorang saja.
Oleh sebab itulah bagi saya pribadi
singkatan dari JR itu adalahsingkatan dari Jusuf RIP. Yang masih ada dan hidup
sekarang ini hanya seorang kakek gaek yang sudah pikun ialah Mang Ucup. Tidak
bisa dipungkiri bahwa sering kali kita mengabaikan sanak keluarga demi usaha
ataupun pekerjaan kita, bahkan kesehatan sendiri pun diabaikan.
Namun cobalah tanya apabila anda
sakit; apakah mitra bisnis ataupun Boss Anda anda mau mendampingi anda? Boro-boro
mendampingi berkujungpun ogah, karena ora ono waktu! Pada saat kita sakit
ataupun pada saat kita jatuh hanya anak-anak mapun pasangan hidup kita saja
yang akan tetap setia mendampingi kita! Hal inilah yang saya dapatkan dari pengalaman
hidup saya selama ini. Untuk renungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar