Suamiku
berprofesi sebagai penulis, Aku mencintainya karena sifatnya yang tegar, dan
perasaan hangat dan nyaman saat Aku bersandar di bahunya.Kami
kenal bertahun-tahun menjalin berhubungan, dan sekarang sudah puluhan tahun menikah,
aku harus mengakui, aku mulai lelah dengan semua ini. Alasan-alasanku
mencintainya, sekarang telah berubah menjadi penyebab kelelahanku.Aku
perempuan yang sangat sentimental, dan sangat, sangat sensitif tentang hubungan
cinta dan perasaanku, aku sangat mendambakan momen² romantis dalam hidupku.
Suamiku, adalah orang yang sangat berlawanan sifatnya denganku, dan ketidak
mampuannya membuat momen romantis dalam pernikahan kami telah menghancurkan
perasaan cintaku kepadanya.
Suatu
hari, akhirnya aku memutuskan untuk menyatakan keputusanku kepadanya. Aku ingin
bercerai.“Kenapa?”
tanyanya, kaget. “Aku lelah. Gak semua hal di dunia ini harus ada alasannya
kan?!” Jawabku.
Suamiku
hanya diam semalaman, sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya, dan merokok
sepanjang malam. Perasaan kecewaku hanya bertambah besar melihatnya seperti
itu. Disana terlihat laki-laki yang bahkan tidak dpt mengekspresikan kekecewaannya,
apa lagi yang aku harapkan dari dia? Akhirnya suamiku bertanya kepadaku. “Apa yang
bisa Aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?”Sepertinya
yang orang-orang bilang itu benar, susah untuk mengubah kepribadian seseorang, dan
kurasa, aku telah kehilangan kepercayaan dan cintaku kepadanya. Aku melihat dalam
ke matanya, dan perlahan ku jawab: “Aku punya pertanyaan, kalau Kamu bisa
menjawabnya, dan meyakinkanku, Aku mungkin mengubah pikiranku. Seandainya ada
bunga yang terletak di tepi jurang, dan mengambilnya bisa membahayakan nyawamu,
maukah Kamu mengambilnya untukku?”
“Akan
Aku jawab besok” Jawabnya, singkat. Harapanku hancur mendengar jawabannya.
Keesokan
harinya aku terbangun, dan dia sudah tidak ada. Kutemukan sepucuk surat dengan tulisan tangannya yang jelek, di bawah segelas susu di meja makan dekat pintu
depan. Aku baca perlahan kata-katanya.“Sayangku,
Aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi biarkan Aku menjelaskan
alasanku..”
Baru
kalimat pertama, tapi kekecewaanku semakin bertambah padanya. Kulanjutkan
membaca.“...
Ketika kamu menggunakan komputer, kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian Kamu menangis di depan monitor. Aku harus menjaga
jariku, jadi aku bisa tetap membantumu memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa
membawa kunci pintu kalau keluar rumah, jadi Aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar Kamu bisa segera masuk ke dalam rumah. Kamu suka jalan-jalan, tapi Kamu selalu tersasar
di tempat yang baru, jadi Aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahu jalan yang
benar. Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” datang, jadi Aku
harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu...”
“.
Kamu selalu suka untuk tetap di rumah, dan Aku khawatir Kamu tidak memiliki teman.
Jadi Aku harus menjaga mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan kebosananmu. Kau selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi Aku harus smenjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa
membantu memotong kukumu, dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi
Aku bisa memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua. Jadi kamu bisa
menikmati sinar matahari, dan pasir yang indah... Jadi Aku bisa menceritakan
kepadamu warna dari bunga², seperti rona wajahmu saat Kamu masih muda... Jadi,
Sayangku, kecuali aku yakin ada orang lain yang mencintaimu lebih dari Aku...
Aku tidak bisa memetik bunga itu, dan mati...” Air mataku mengalir membasahi
suratnya, dan merusak tinta di tulisannya sepanjang aku membaca...“... Sekarang
Kamu sudah selesai membaca jawabanku. Kalau kamu puas dgn jawabanku, tolong
buka pintu depan, karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan
susu segar kesukaanmu...”
Aku
bergegas menarik pintu, dan melihat wajahnya yang penasaran, memeluk erat botol
susu dan roti dgn tangannya.Sekarang aku sangat yakin, tidak ada orang yang bisa
mencintaiku sebesar cintanya kepadaku, dan aku memilih untuk tetap bersamanya,
meninggalkan bunga-bunga yang aku inginkan di belakang... Begitulah hidup. Ketika
seseorang dikelilingi oleh cinta, lama-lama perasaan bahagia itu pudar, dan dia tidak merasakan cinta sesungguhnya karena tertutup oleh kebosanan.
Cinta
hadir dalam berbagai bentuk, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan tidak terasa.
Bisa jadi, cinta hadir dalam bentuk yang sangat membosankan. Bunga-bunga dan momen
romantis hanya hal yang bisa dilihat dari kekuatan cinta. Namun dibalik itu semua,
ada cinta yang sebenarnya.. Pandangi wajah pasanganmu jika Kau mulai merasa
bosan. Pikirkan hal-hal yang membuatmu jatuh cinta kepadanya dulu..Share kisah
ini, karena bisa jadi ada keluarga yang kamu selamatkan karena membaca kisah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar