Minggu, 01 Februari 2015

KISAH TUKANG KAYU

Suatu hari, seorang tukang kayu buta huruf menerima sepucuk surat. Ia bingung dgn surat itu. Ia tidak biasa menerima surat sehingga menjadi cemas.Maka ia tergesa-tega menuju ke penjual daging kenalannya, yang punya watak keras, untuk minta tolong dibacakan surat.“Ini surat dari putramu,” seru si tukang daging.Begini bunyinya, “Ayah, aku sakit dan tidak punya uang sesenpun, tolong kirimkan aku sejumlah uang sesegera mungkin. Putramu”Dipengaruhi oleh nada suara yang keras dan kasar dari si tukang daging, maka ia menjadi marah dan berkata, “Dasar anak tak tahu diri! Memangnya dia siapa memerintah aku, ayahnya? Jangan kira aku akan mengirimi dia sesenpun.”Dalam kemarahannya ia kembali ke rumah.

Tapi, di perjalanan ia bertemu sahabatnya, seorang penjahit yang bersuara lembut.Ia pun bercerita tentang surat tadi. “Coba kau lihat sendiri surat putraku ini.”Penjahit itu lalu membaca surat itu dgn suaranya yang lembut, tenang dan jelas.Tiba-tiba surat itu berbunyi sangat lain. Tukang kayu itupun menjadi sedih“Oh, anakku malang,” katanya dgn cemas. “Ia pasti sangat menderita. Lebih baik aku segera mengirimnya uang sekarang juga.”Memang benar! Pesan kadang sangat tergantung pada cara penyampaiannya.Bila kita renungkan, konflik yang terjadi antara pasangan, rekan kerja, sahabat, kadang bukan karena ada masalah besar dan rumit yang tidak bisa dipecahkan.


Namun karena kita tidak dapat mengatur cara kita menyampaikannya.Kita lebih suka memaksa, berbicara dgn nada kasar, membentak,dsb. Bagaimana mungkin orang lain akan respek terhadap kita?Mari belajar berkata-kata dgn lembut dan bersikap ramah kepada setiap orang yang kita jumpai. Mari melangkah menuju pintu kesuksesan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar