Minggu, 01 Januari 2012

CERITA SEORANGN ANAK DAN AYAHNYA DI SEBUAH DESA

Suatu hari, seorang ayah yang kaya membawa anaknya ke satu perkampungan/desa.Dia ingin menunjukkan padanya apa yg dimiliki oleh orang miskin. Mereka menghabiskan waktu di pertanian milik satu keluarga miskin.Dalam perjalanan pulang, ayah tsb bertanya, apa yang engkau pelajari wahai anakku?Anaknya mengatakan, kita memiliki kolam renang, tapi mereka memiliki sungai. He he he, kaya-an keluarga miskin itu.Kita memiliki lampu2 di malam hari, mereka memiliki bintang-bintang dan rembulan sbg cahaya alam. Murah, lbh mewah, lebih berlimpah.

Kita membeli makanan, mereka punya pohonnya, punya tanemannya, sebab mereka nanem.Kita bangun tembok besar untuk melindungi diri, mereka punya teman. Temannya yang jadi pelindung mereka.Kita memiliki ensiklopedi, mereka memiliki Quran. Lalu anaknya ini menambahkan: Terima kasih Ayah untuk menunjukkan saya "betapa miskinnya" kita.

Iya lah. Orang yg suka disebut miskin punya langit, bintang, bulan, matahari. Tapi seringkali kita2 hanya di rumah saja. Kadang semakin kita pekerjannya bagus, hanya menikmati ruang ke ruang. Rumah, kantor, rumah, kantor. Jarang bermandikan matahari pagi, jarang menikmati sinarnya rembulan dan bebintang.

Kita bilang kita sudah memiliki banyak hal. Nyatanya mungkin justru kita ga memiliki apa2. Tawa anak jarang liat, tawa istri jarang liat. Tawa suami jarang liat. Kehangatan sebuah keluarga hanya bbrp jam saja dlm sepekan. Selebihnya kehidupan yang nafsi-nafsi...


Kadang kemewahan yang tampak nyata dengan mata bukan mencerminkan apa yang bisa dirasakan dengan hati. Jika kita bisa merasa bersyukur dengan apa yang kita dapatkan dan terus berusaha lebih baik lagi tanpa melupakan apa makna kesempatan hidup, yaitu mengusahakan keseimbangan dunia dan akhirat, maka apa yang kita usahakan di dunia semata untuk memilihkan kita tempat yang layak di akhirat. Maka hiduplah dengan hati dan akal budi, bukan dengan nafsu semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar