Saya pernah di undang makan malam oleh direktur BUMN China di Bidang
Financial. Ketika hidangan tersedia lengkap di atas meja, seorang wanita
berpakaian blazer nampaknya seperti Manager Restoran itu, menyalami kami satu
persatu. Setelah ramah tamah sebentar wanita itu mempersilakan kami makan.
Direktur BUMN itu memperkenalkan wanita itu sebagai putri pertamanya.
Saya terkejut bagaimana mungkin
seorang Direktur BUMN China dengan asset lebih dari Rp 300 triliun membiarkan
anaknya bekerja di restoran hotel bintang 3. "Dia sekarang sedang belajar
untuk memahami bagaimana management restoran dengan baik. Setelah itu saya
berharap dia punya ide untuk mengelola restoran sendiri. Usianya masih muda dan
dia punya waktu untuk belajar dan berkembang."
"Mengapa harus berkerja di
restoran kecil ini?" tanya saya.
"Di sinilah dia harus
belajar. Di restoran kecil ini dia melayani konsumen beragam dan dia harus
menerima upah rendah. Ini diperlukan passion dan dedikasi luar biasa untuk
bekalnya kelak bila ingin mendirikan usaha." "Bukankah kamu bisa
memberikan bantuan modal dan apa saja agar dia mendapatkan karir atau bisnis
lyang lebih baik?" "Dia harus lepas dari takdir
saya... Dia harus melewati takdirnya sendiri dan mendapatkan pembelajaran dari
rasa sakit, kecewa dan kegagalan, yang semua itu harus dilalui agar dia
menemukan potensinya untuk lebik baik dari saya."
Ini pembelajaran mahal dan seakan
saya menemukan pembenaran sikap saya, ketika membiarkan putra saya untuk
memulai bisnis dari usaha kaki lima, tinggal di rumah ukuran 16 meter. Kadang
hati saya menjerit melihat dia harus menderita tapi saya kuatkan hati saya
untuk hanya menjadi penonton takdirnya sambil berdoa. Tentu doa saya sangat
khusuk untuk buah hati saya yang menjadi amanah Allah. Apa yang terjadi? hanya
dua tahun setelah itu dia berkembang. Kini dia sudah punya empat outlet di
mall. Dia masih punya banyak impian dan passion untuk terus berkembang tanpa
ragu, tanpa tergantung pada saya. Andaikan dia bisnis dari fasiitas saya dia
tidak akan menjadi apa-apa kecuali enjadi follower saya."
Sikap jokowi yang membiarkan
kedua putranya berwiraswasta dengan usaha skala UKM adalah sangat bijak agar
kedua putranya dapat menjadi dirinya sendiri melewati takdirnya dan menemukan
potensinya sendiri, tanpa bayang" ayahnya. Bersikap seperti ini tidak
mudah. Saya bisa merasakannya. Apalagi ketika kita mampu berbuat lebih agar
anak kita bisa mendapatkan kemudahan. Namun kita harus tegar agar anak kita
bisa melewati takdir seperti ulat yang harus berjuang dalam kelelahan dan
derita untuk bisa keluar dari kepompong, menemui takdirnya menjadi kupu2 yang
indah, terbang menebarkan kebaikan....
Yang sangat menyedihkan adalah
ketika orang tua terlalu mencintai anaknya sehingga selalu dijaga sampai mati.
Akibatnya... anak itu mati rasa dan tidak punya malu terhadap umurnya ketika
dia mengelola usaha dari keringat ayahnya atau mendapat posisi karena nama
besar ayahnya. Saya rasa orang tua seperti ini lupa bahwa anak bukanlah
miliknya tapi milik Tuhan, dan dia sebetulnya tidak pernah mencintai anaknya
tapi mencintai dirinya sendiri, yang ingin anaknya menjadi apa yang dia mau
tetapi bukan seperti yang Tuhan mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar