Rabu, 01 April 2015

KITA BERHUTANG. KEPADA ANAK-ANAK KITA

Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak-anak. Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah. Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan. Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.

Tetapi seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka... Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, menghibur kita dengan tawa kecilnya, menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya... Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya... Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita. Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yang justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yang selalu mereka bahagiakan...Merekalah yang selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.Kita selalu berhutang banyak waktu tentang anak-anak kita. Dalam 24 jam, berapa lama waktu yang kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap, dan bermain dengan mereka?Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka?

Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yang selalu lebih dewasa dan bijaksana daripada kita. Merekalah yang selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yang pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita... Anak-anak yang setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi. Anak-anak yang terbakar residu ketidak becusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa. Anak-anak yang menanggung konsekuensi dari nasib buruk yang setiap hari kita buat sendiri. Anak-anak yang barangkali
masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.

Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia. Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang dan penyesalan, katakan kepada mereka, "Maafkan untuk hutang-hutang yang belum terbayarkan... Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Tuhan tak berkenan. Maafkan karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yang bisa membuat hidup ayah dan ibu lebih baik dari sebelumnya... Lebih baik dari sebelumnya."


AKU BELAJAR


Aku belajar lebih banyak diam daripada lebih banyak bicara...
Aku belajar bersabar dari sebuah kemarahan...  
Aku belajar mengalah dari sebuah keegoisan...  
Aku belajar tersenyum dari suatu kesedihan....  
Aku belajar tegar dari suatu kehilangan...

🔑Hidup adalah BELAJAR...
🔑Belajar bersyukur meskipun tak puas... 
🔑Belajar ikhlas meskipun tak rela.... 
🔑Belajar taat meskipun berat... 
🔑Belajar memahami meskipun tak sehati... 
🔑Belajar sabar meski terbebani... 
🔑Belajar memberi meski tak seberapa... 
🔑Belajar mengasihi meski tersakiti.... 
🔑Belajar tenang meski gelisah.... 
🔑Belajar percaya meski susah.... 
🔑Belajar tabah meski cobaan menerpa...

✏​Aku belajar...bahwa tidak selamanya hidup ini indah, kadang Tuhan menyapaku melalui derita. 
✏Tetapi aku tahu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkanku, sebab itu aku belajar menikmati hidup dengan bersyukur.   
✏Aku belajar...bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan, kadang Tuhan membelokkan rencanaku. 
✏Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik dari yang kurencanakan,  sebab itu aku belajar menerima semua itu dengan sukacita.   
✏Aku belajar...bahwa cobaan itu pasti datang dalam hidupku.
✏Aku tak mau dipengaruhi setan utk marah dan emosi,
aku tak mau menyalahkan orang lain.
✏Juga tidak mungkin berkata "tidak adil Tuhan". 
✏Karena aku tahu bahwa semua itu tidak akan melampaui kekuatanku,  sebab itu aku belajar menghadapinya dengan sabar.   
✏Aku belajar...bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali & ditangisi, karena semua rancangan-NYA indah bagiku.

⏳Maka dari itu aku belajar bersabar, bersyukur & bersukacita dalam segala perkara. Karena semua itu menyehatkan jiwa & menyegarkan hidupku...