"Wahai menantuku. Aku hanya seorang ibu yang b’bicara atas
nama diriku sendiri dengan m’lihat putriku sebagai istrimu dan kau sebagai
menantuku. Bila kau baca pesan ini, smoga kau mlihat pula bayang wajah ibumu yang
telah mngandung dan mlahirkanmu, b'diri bersamaku tepat di hadapanmu.
Wahai menantuku.Kau imam dunia akhirat untuk
putriku.Kau yang akan m’bawanya hingga ke alam baka dan m’berinya satu tiket ke
surga.
Wahai menantuku.Bila ada klemahan dr
istrimu dan kburukan2 yang dilakukannya akibat klemahan dan juga kekurangan darinya,
itu m'jadi tugasmu untuk m’didiknya. Seorang suami tak boleh m’biarkan mata
istrinya basah krn sedih. Bukankah kau sebagai suaminya yang hrs mlindunginya dengan
rasa tentram dan aman? Maka beri keteduhan bagi jiwanya.
Kau suami yang dipilih Allah untuk
putriku, b'sabarlah thdp istrimu dan b'sikap lemah lembut padnya.
Bukankah kau menikahinya atas nama Allah ? Maka sayangi dan peliharalah istrimu
dengan jalan Allah.
Wahai menantuku.Slamatkan istrimu dr dosa.
Bukankah nanti kau akan ditanya tentang tanggung jawab bagaimana kau m'urus
mereka dan m’jaga jalan surga untuk bisa dilalui oleh orang yang harus kau bawa
serta? Dan pertanyaan itu akan ditujukan kepadamu, bukan kepadku.
Wahai menantuku.Engkau diijinkan m’hukum
istrimu sewajarnya,namun jgnlah mengenai wajahnya dan jangan pula mnyentuh
tubuhnya hingga tinggalkan jejak luka.Jangan m’hardiknya dengan kata2 kasar dan
umpatan yang mrendahkan seolah engkau turut menistakan dirimu sendiri
sebab ia itu pakaianmu.
Wahai menantuku.Aku titipkan putriku padamu,
buatlah dia tersenyum menuju surga dengan tiket darimu...Met pagi... Tetap
SEMANGAT dan saling, asih-asah-asuh.Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar